Minggu, 19 Juni 2016

Tugas softskill 4 Terapi Bermain

Definisi Terapi Bermain
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak.
            Terapi Bermain adalah pemanfaatan permainan sebagai media yang efektif oleh terapis, untuk membantu klien mencegah atau menyelesaikan kesulitan-kesulitan psikososial, mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal melalui eksplorasi atau ekspresi diri.
CIRI-CIRI BERMAIN
          1)      Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
          2)      Selalu ada timbal balik interaksi
           3)      Selalu dinamis
           4)      Ada aturan tertentu
          5)      Menuntut ruangan tertentu
 KATEGORI BERMAIN
1)      Bermain aktif
Yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak sendiri.
Contoh : bermain sepak bola.
2)      Bermain pasif
Energi yang dikeluarkan sedikit,anak tidak perlu melakukan aktivitas (hanya melihat)
Contoh : memberikan support
FUNGSI BERMAIN
Anak dapat melangsungkan perkembangannya
1.            Perkembangan Sensori Motorik      
Membantu perkembangan gerak dengan memainkan obyek tertentu,misalnya meraih pensil.
2.            Perkembangan Kognitif
Membantu mengenal benda sekitar(warna,bentuk kegunaan)
3.            Kreatifitas
Mengembangkan kreatifitas mencoba ide baru misalnya menyusun balok.
4.            Perkembangan Sosial            
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari belajar dalam kelompok.
5.            Kesadaran Diri (Self Awareness)
Bermain belajar memahami kemampuan diri kelemahan dan tingkah laku terhadap orang lain.
6.            Perkembangan Moral
 Intraksi dengan orang lain bertingkah laku sesuai harapan teman menyesuaikan dengan aturan  kelompok. Contoh : dapat menerapkan kejujuran.
7.            Terapi
Bermain kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang tidak enak misalnya : marah,takut,benci.
8.            Komunikasi
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi nak yang belum dapat mengatakan secara verbal, misalnya : melukis,menggambar,bermain peran.
KLASIFIKASI BERMAIN MENURUT ISI
     1)      Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan dalam bentuk permainan,misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa senang,dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
      2)      Sense of pleasure play
Anak memproleh kesenangan dari satu obyek yang ada disekitarnya,dengan bermain dapat merangsang perabaan alat,misalnya bermain air atau pasir.
      3)      Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya mengendarai sepeda.
     4)      Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu


Daftar pustaka





Minggu, 05 Juni 2016

Tulisan softskill 3

Terapi Kelompok

Anggota Kelompok :
      1.      Bernadeth Adinda Hemas      (11513710)
      2.      Citra Febiarini                         (11513940)
      3.      Juanita Riry                             (14513707)
      4.      Muhammad Azhar                  (15513848)
      5.      Rama Dhyansah HN               (17513223)
      6.      Rika Hidayah                          (17513694)
      7.      Tristanty Rahayu                     (18513998)

Rama, 21 tahun seorang mahasiswa pecandu alkohol sejak duduk di bangku SMA. Awalnya, Rama meminum alkohol seminggu sekali. Tetapi semenjak orang tuanya meninggal karena kecelakaan frekuensi minum alkoholnya meningkat dan dalam beberapa tahun terakhir berubah menjadi pola penyalahgunaan alkohol yang parah.
Ia mengawali hari dengan minum alkohol dimulai dari pagi hari, dan ketika siang Rama berada kedalam kondisi mabuk total. Ia jarang teringat tentang berbagai hal yang terjadi pada siang hari. Selain peminum, Rama juga mengisolasi diri dari lingkungan sekitarnya (adegan Rama mabuk).
Pada suatu hari kerabat dekatnya datang kerumah, melihat Rama sedang mabuk berat.
Kerabat           : assalamu...(sambil masuk kedalam kamarnya Rama dan melihat Rama sudah tidak sadarkan diri) Rama lu kenapa? (teriak)
            Lalu kerabatnya membawa Rama ke Rumah Sakit. Setelah Rama sadar, kerabatnya bertanya kepada Rama.
Kerabat           : rama, tadi lo kenapa?
Rama               : gue dimana nih?
Kerabat           : lo dirumah sakit, tadi lo pingsan. Gue bawa aja ke rumah sakit, lo pasti mabuk lagi ya?
Rama               : iya nih, gue udah parah banget. Gue pengen berenti minum.
Kerabat           : iya, lo buat apa sih minum terus? Nggak ada gunanya! Cuma ngerusak badan doang! Lo mau berenti??
Rama               : mau lah...capek gue gini terus
Kerabat           : yaudah gini aja, gue ada kenalan. Siapa tau nanti dia bisa bantu. Nanti kalo lo udah keluar dari rumah sakit, gue anter lo ke dia.
Rama                 : oke, terima kasih ya
            Setelah sekian hari Rama pun keluar dari rumah sakit, kemudian kerabatnya menjemput Rama di rumah sakit.
Kerabat                       : gimana, udah baikan?
Rama                           : alhamdulillah, udah mendingan..
Kerabat                       : syukur deh, jadikan kita ketemu kenalan gue itu?
Rama                           : oke, ayo kita jalan sekarang..
            Berangkatlah mereka bertemu dengan kenalan kerabat Rama itu
Kerabat                       : selamat pagi (sambil salaman dengan psikolog nya)
Psikolog                      : selamat pagi, selamat datang. Gimana kabarnya? Sudah lama ya nggak ketemu
Kerabat                       : baik, iya nih udah lama ya kita nggak ketemu (sambil tersenyum)
Psikolog                      : hehe iyaaa, ada perlu apa datang menemuiku?
Kerabat                       : nih kenalin, temen saya Rama. Sebenarnya tujuan saya kesini ingin membantu permasalahan yang sedang dialami Rama. Rama kecanduan alkohol. (lalu lanjut menceritakan asal mula Rama kecanduan alkohol).
Psikolog                      : ohh gitu ceritanya, kebetulan disini ada terapi yang permasalahannya sama dengan yang dialami Rama.
Kerabat                       : waah, kebetulan sekali. Bagaimana kalau Rama ikut terapi disini bersama dengan kamu?
Psikolog                      : baik, mari kita atur jadwalnya.
Setelah dibicarakan, lalu Rama pun mengikuti terapi yang dianjurkan psikolog tersebut.
Psikolog                      : selamat pagi semua. Bagaimana kabarnya hari ini?
Seluruh anggota          : baik (dengan semangat)
Psikolog                      :  pada hari ini, kita kedatangan anggota baru. Coba silahkan perkenalkan diri kamu.
Rama                           : gue Rama, umur gue 21 tahun. gue tinggal di Bekasi
Psikolog                      : ada masalah apa Rama?
Rama                           : gue Cuma pengen berenti mabok..
Psikolog                      : gimana teman-teman yang lain? Ada yang bisa bantu Rama?
Anggota 1                     : saya Citra, saya mengikuti terapi disini sejak satu tahun yang lalu. Dulu saya juga kecanduan alkohol banget. Saya jadi pemabuk karena sakit hati ditinggal nikah. Tadinya saya pemabuk berat, tapi setelah saya pikir untuk apa seperti ini terus? Karena saya sadar jadi pemabuk tidak akan membuat dia kembali pada saya. Akhirnya saya memutuskan untuk berhenti jadi pemabuk dengan mengikuti terapi disini. Saya mendapatkan pelajaran dari para anggota sebelumnya. Menurut saya kalau berhenti sekaligus sulit, karena dulu saya mendapat pelajaran dari anggota sebelumnya, saya mengurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya saya berhenti. Kamu juga harus mencobanya! Mungkin dengan cara itu kamu bisa menjadi lebih baik.
 Psikolog                       : terima kasih atas sarannya dari Citra. Mungkin ada yang lain yang bisa menceritakan pengalamannya?
Anggota 2                     : saya Tanty, umur saya 20 tahun. dulu saya juga sama seperti Citra peminum yang addict. Saya peminum karena saya depresi, saya terlahir dari keluarga yang tidak harmonis. Saya mendapatkan saran dari anggota sebelumnya juga untuk mencoba menjadikan rasa alkohol menjadi lebih pahit yang membuat rasanya menjadi nggak enak. Dan akhirnya saya mencoba saran itu dan ternyata cocok. Dan saya berhasil menguranginya saat ini
Psikolog                        : terimakasih atas sarannya dari Tanty. Ada yang lain? Yang mau berbagi pengalamannya?
Anggota 3                     : saya Riry, umur 21 tahun. saya ada sedikit cerita tentang kehidupan saya, dan kenapa saya berada disini. Ya yang pada intinya masalah kita sama. Awalnya karena pergaulan saya sering kumpul dengan orang-orang pemabuk juga. Ering kali saya di paksa untuk mencoba minuman beralkohol itu. Samapi akhirnya yang tadinya dipaksa menjadi terbiasa bahkan pecandu. Sama seperti yang lain, dan ada satu kejadian yang membuat saya sadar dan sehingga berhenti jadi pemabuk. Saya memaksa diri saya sendiri agar berhenti dengan cara saya menghindar dari lingkungan pemabuk itu, dan kedua saya mencari cara bagaimana agar saya tidak melakukan itu lagi. Awalnya sulit untuk melakukan itu, sehingga saya putuskan untuk berhijab dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Setiap rasa ingin meminum lagi, saya selalu ingat Tuhan dan saya merasa malu untuk melakukannya lagi. Dan sampai sekarang saya berhenti.
           Setelah terapi itu berakhir, akhirnya Rama berpikir dari saran yang telah diberikan pada dirinya. Dan Rama mempraktikannya dan mencari cara yang cocok dan sesuai dengan dirinya.

           Setelah beberapa kali pertemuan terapi itu dilakukan, Rama mulai bisa mengurangi kecanduan alkohol tersebut sampai akhirnya berhenti jadi pecandu.

Tugas Softskill 3

Anggota Kelompok :
        1.      Bernadeth Adinda Hemas      (11513710)
        2.      Citra Febiarini                         (11513940)
        3.      Juanita Riry                             (14513707)
        4.      Muhammad Azhar                  (15513848)
       5.      Rama Dhyansah HN               (17513223)
       6.      Rika Hidayah                          (17513694)
       7.      Tristanty Rahayu                     (18513998)

Kelas   : 3PA14
A.    Rational Emotive Therapy
       1.      Pengertian
Terapi Emotif Rasional adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irasional dan jahat. Manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir dan mengatakan, mencintai, bergabung dengan orang lain, serta tumbuh dan mengaktualkan diri. Akan tetapi manusia juga memiliki kecenderungan-kecenderungan ke arah menghancurkan diri, menghindari pemikiran, berlambat-lambat, menyesali kesalahan-kesalahan yang tidak berkesudahan, takhayul, intoleransi, perfeksionisme dan mencela diri serta menghindari pertumbuhan dan aktualisasi diri.
         2.      Tujuan Rational Emotive Therapy
Untuk meminimalkan pandangan yang mengalahkan diri dari klien dan membantu klien untuk memperoleh filsafat hidup yang lebih realistik. Terapi ini mendorong suatu revaluasi filosofis dan ideologis berlandaskan asumsi bahwa masalah-masalah manusia berakar secara filosofis. Terapi Emotif Rasional tidak diarahkan semata-mata pada penghapusan gejala, tetapi untuk mendorong klien agar menguji secara kritis nilai-nilai dirinya yang paling dasar.
3.      Teknik-teknik yang digunakan dalam Rational Emotive Therapy (RET)
a.       Teknik Pengajaran
Dalam konseling rasional emotif konselor mengambil peranan lebih aktif dari klien. Maka dari itu teknik pengajaran disini memberikan keleluasaan kepada konselor untuk berbicara serta menunjukkan sesuatau kepada klien, teruatama menunjukkan bagaimana ketidaklogisan berfikir itu secara langsung menimbulkan gangguan emosional kepada klien.
b.      Teknik Konfrontasi
Dalam teknik konfrontasi ini, konselor menyerang ketidaklogisan berfikir klien dan membawa klien kearah berfikir logis empiris.
c.       Teknik Persuasif
Teknik persuasif, yaitu meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya, karena pandangan yang ia kemukakan itu tidak benar. Konselor langsung mencoba meyakinkan dan mengemukakan berbagai argumentasi untuk memunjukkan apa yang diannggap oleh klien benar tidak bisa diterima atau tidak benar.
d.      Teknik pemberian tugas
Dalam teknik ini konseor menugaskan klien untuk mencoba melakukan tindakan tertentu dalam situasi nyata. Teknik ini bisa dilakukan dengan menugaskan kepada klien untuk bergaul kepada anggota masyarakat kalau mereka merasa dikucilkan dalam pergaulan, membaca buku untuk memperbaiki kekeliruan cara berfikirnya



B.     PSIKOTERAPI TERAPI PERILAKU (BEHAVIOUR THERAPY)
       1.      Pengertian
Terapi perilaku (Behaviour therapy, behavior modification) adalah pendekatan untuk psikoterapi yang didasari oleh Teori Belajar (learning theory) yang bertujuan untuk menyembuhkan psikopatologi seperti; depression, anxiety disorders, phobias, dengan memakai tehnik yang didisain menguatkan kembali perilaku yang diinginkan dan menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan.  
2.      Bentuk bentuk terapi Perilaku
a.       Sistematis Desensitisasi, 
Jenis terapi perilaku yang digunakan dalam bidang psikologi untuk membantu secara efektif mengatasi fobia dan gangguan kecemasan lainnya. Dalam metode ini, pertama-tama klien diajarkan keterampilan relaksasi untuk mengontrol rasa takut dan kecemasan untuk fobia spesifik. Klien dianjurkan menggunakannya untuk bereaksi terhadap situasi dan kondisi sedang ketakutan. Tujuan dari proses ini adalah bahwa seorang individu akan belajar untuk menghadapi dan mengatasi phobianya, yang kemudian mampu mengatasi rasa takut dalam phobianya.
Fobia spesifik merupakan salah satu gangguan mental yang menggunakan proses desensitisasi sistematis. Ketika individu memiliki ketakutan irasional dari sebuah objek, seperti ketinggian, anjing, ular, mereka cenderung untuk menghindarinya.
b.      Exposure and Response Prevention (ERP),  
untuk berbagai gangguan kecemasan, terutama gangguan Obsessive Compulsive. Metode ini berhasil bila efek terapeutik yang dicapai ketika subjek menghadapirespons dan menghentikan pelarian. Metodenya dengan memaparkan pasien pada situasi dengan harapan muncul kemampuan menghadapi respon (coping) yang akan mengurangi mengurangi tingkat kecemasannya.  Sehingga pasien bisa belajar dengan menciptakan coping strategy terhadap keadaan yang bisa menyebabkan kecemasan perasaan dan pikiran.  Coping strategy ini dipakai untuk mengontrol situasi, diri sendiri dan yang lainnya untuk mencegah timbulnya kecemasan.
c.       Modifikasi perilaku
Menggunakan teknik perubahan perilaku yang empiris untuk memperbaiki perilaku, seperti mengubah perilaku individu dan reaksi terhadap rangsangan melalui penguatan positif dan negatif.
d.      Flooding
Teknik psikoterapi yang digunakan untuk mengobati fobia. Ini bekerja dengan mengekspos pasien pada keadaan yang menakutkan mereka. 

C.    TERAPI KELOMPOK
            1.      Pengertian
Konsep terapi kelompok (Group Psychotherapy) menurut Shertzer dan Stone adalah aplikasi prinsip-prinsip terapeutik ke dalam dua atau lebih individu secara bersamaan untuk mengklarifikasi konflik psikologis individu sehingga individu dapat hidup secara normal.
Terapi kelompok adalah modalitas pengobatan yang melibatkan sekelompok kecil anggota dan satu atau lebih therapistis dengan pelatihan khusus dalam terapi kelompok.
            2.      Terapi kelompok digunakan dalam :
a)      Pengobatan terhadap gangguan yang gagal ketika terapi individual.
b)      Keterbukaan pada dunia sosial
c)      Penerimaan diri seseorang
d)     Dukungan terhadap orang lain.
e)      Bentuk-bentuk Terapi Kelompok
Terapi kelompok terdiri atas beberapa bentuk, sebagian besar berasal dari tiga jenis terapi individual yaitu: kelompok eksplorasi interpersonal. Kelompok bimbingan-inspirasi dan terapi berorientasi psikoanalitik.
a.       Kelompok Eksplorasi Interpersonal
Tujuannya adalah mengembangkan kesadaran diri tentang gaya hubungan interpersonal melalui umpan balik korektif dari anggota kelompok yang lain. Pasien diterima dan didukung oleh kerena itu, utuk meningkatkan harga diri, tipe ini yang paling umum dilakukan.
b.      Kelompok Bimbingan-Inspirasi
Kelompok yang sangat terstruktur, mendukung, dan memaksimalkan nilai diskusi di dalam kelompok dan persahabatan. Kelompoknya mungkin saja besar, anggota kelompok dipilih sering kali kerena individu mempunyai problem yang sama.
c.       Terapi Berorientasi Psikoanalitik
Suatu teknik kelompok dengan struktur yang longgar, terapis melakukan interprestasi tentang konflik yang  disadari  pasien dan memprosesnya dari observasi interaksi antar anggota kelompok.

Sumber :