Rabu, 23 Maret 2016

Cotoh Kasus Terapi Psikoanalisa Menggunakan Teknik Analisis mimpi

Kasus yang teman saya alami adalah mengompol sewaktu berusia 6-10 tahun akibat rasa takut akan hal-hal gaib dan tertundanya melakukan aktivitas yang aktif seperti bermain hingga terbawa mimpi. Kasus tersebut saya hubungkan dengan teori psikanalisis oleh Sigmund Freud khususnya mengenai analisis mimpi. Freuds bekerja sangat dipengaruhi orang-orang ahli analisis mimpi. Bukunya The Interpretation of Dream (Die Traumdeutung) pertama kali diterbitkan tahun 1899. Di sini, ia menjelaskan bahwa mimpi sering dikaitkan dengan keinginan-pemenuhan.

Dia menjelaskan bahwa analisis mimpi perlu dikaitkan dengan peristiwa yang terjadi pada pemimpi dalam kehidupan nyata. Terutama untuk peristiwa yang terjadi pada hari sebelumnya. Sebagian besar mencerminkan interpretasi mimpinya ketakutan, keinginan dan emosi yang ada dalam pikiran bawah sadar kita. Bahkan mimpi negatif dapat ditafsirkan sebagai peristiwa yang pemimpi berharap tidak akan terjadi. Hal ini terjadi pada teman saya, karena setiap menonton dan mendengar hal-hal yang gaib membuat dirinya ketakutan hingga terbawa ke dalam mimpi dan mengompol yang tidak dia harap akan terjadi.

Definisi Mimpi Menurut Freud, mimpi adalah penghubung antara kondisi bangun dan tidur. Baginya, mimpi adalah ekspresi yang terdistorsi atau yang sebenarnya dari keinginan-keinginan yang terlarang diungkapkan dalam keadaan terjaga. Jika Freud seringkali mengidentifikasi mimpi sebagai hambatan aktivitas mental tak sadar dalam mengungkapkan sesuatu yang dipikirkan individu, beriringan dengan tindakan psikis yang salah, selip bicara (keprucut), maupun lelucon.
Pada dasarnya hakikat mimpi bagi psikoanalisis hanyalah sebentuk pemenuhan keinginan terlarang semata. Dikatakan oleh Freud (dalam Calvin S.Hal & Gardner Lindzaey, 1998) bahwa dengan mimpi, seseorang secara tak sadar berusaha memenuhi hasrat dan menghilangkan ketegangan dengan menciptakan gambaran tentang tujuan yang diinginkan, karena di alam nyata sulit bagi kita untuk mengungkapkan kekesalan, keresahan, kemarahan, dendam, dan yang sejenisnya kepada obyek-obyek yang menjadi sumber rasa marah, maka muncullah dalam keinginan itu dalam bentuk mimpi. (tertundanya pemenuhan keinginan teman saya untuk bermain bersama teman-teman).
Analisis Mimpi, digunakan oleh Freud dari pemahamannya bahwa mimpi merupakan pesan alam bawah sadar yang abstrak terhadap alam sadar, pesan-pesan ini berisi keinginan, ketakutan dan berbagai macam aktivitas emosi lain, hingga aktivitas emosi yang sama sekali tidak disadari. Sehingga metode Analisis Mimpi dapat digunakan untuk mengungkap pesan bawah sadar atau permasalahan terpendam, baik berupa hasrat, ketakutan, kekhawatiran, kemarahan yang tidak disadari karena ditekan oleh seseorang. Ketika hal masalah-masalah alam bawah sadar ini telah berhasil diungkap, maka untuk penyelesaian selanjutnya akan lebih mudah untuk diselesaikan.  

Psikoterapi

Pengantar
      1.      Pengertian psikoterapi ?
>> Secara etimologis mempunyai arti sederhana, yakni “psyche” yang artinya jelas, yaitu “mind” atau sederhananya : jiwa dan “therapy” daru Bahasa Yunani yang berarti “merawat” atau “mengasuh”, sehingga psikoterapi arti sempitnya adalah “perawatan terhadap aspek kejiawaan”.
>> Suatu interaksi sistematis antara pasien dan terapis yang menggunakan prinsip-prinsip psikologis untuk membantu menghasilkan perubahan dalam tingkah laku, pikiran dan perasaan pasien.
       2.      Tujuan psikoterapi ?
>> Terlebih dahulu menangani penyimpangan yang merusak dan baru kemudian menangani usaha pencegahannya.
      3.      Unsur-unsur psikoterapi ?
>> Masserman (Karasu 1984) telah melaporkan tujuh “parameter pengaruh” dasar yang mencakup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi. Dalam hal ini termasuk :
1.      Peran sosial (martabat) psikoterapis,
2.      Hubungan (persekutuan terapeutik),
3.      Hak,
4.      Retrospeksi,
5.      Re-edukasi,
6.      Rehabilitasi,
7.      Resosialisasi dan rekapitulasi

       4.      Perbedaan antara psikoterapi dan konseling ?
>> Psikoterapi untuk : pasien, gangguan yang serius, masalah kepribadian dan pengambilan keputusan, berhubungan dengan penyembuhna, lingkungan medis, berhubungan dengan ketidaksadaran, dan metode penyembuhan.
Konseling untuk : klien, gangguan yang kurang serius, masalah jabatan pendidikan, berhubungan dengan pencegahan, lingkungan pendidikan dan nonmedis, berhubungan dengan kesadaran, dan metode pendidikan.
     5.      Pendekatan terhadap mental illness?
>> Pendekatan psikoterapi terhadap mental illness menurut J.P. Chaplin, yaitu:
1.      Biological
Meliputi keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena kurangnya insulin.
2.      Psychological
Meliputi suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuel pasca-traumatic, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan respon emosional penuh stres yang ditimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial, ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup individu.
3.      Sosiological
Meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi yang berlatarbelakangkan kondisi sosio-budaya tertentu.
4.      Philosophic
Kepercayaan terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap ada, yakni menghagai sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharusan atau 

Terapi Psikoanalisis
       1.      Konsep dasar teori psikoanalisis tentang kepribadian
>> KESADARAN
Sigmund Freud mengemukakan bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak-sadar (unconscious). Topografi atau peta kesadaran ini dipakai untuk mendiskripsi unsur cermati (awareness) dalan setiap event mental seperti berfikir dan berfantasi. Sampai dengan tahun 1920an, teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur kesadaran itu.
a)   Sadar (Conscious)
Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada saat tertentu. Menurut Freud, hanya sebagian kecil saja Bari kehidupan mental (fikiran, persepsi, perasaan dan ingatan) yang masuk kekesadaran (consciousness). Isi daerah sadar itu merupakan basil proses penyaringan yang diatur oleh stimulus atau cue-eksternal.
b)   Prasadar (Preconscious)
Disebut juga ingatan siap (available memory), yakni tingkat kesadaran yang menjadi jembatan antara sadar dan taksadar. Isi preconscious berasal dari conscious dan clan unconscious. Pengalaman yang ditinggal oleh perhatian, semula disadari tetapi kemudian tidak lagi dicermati, akan ditekan pindah ke daerah prasadar. Di sisi lain, isi-materi daerah tak sadar dapat muncul ke daerah prasadar. Kalau sensor sadar menangkap bahaya yang bisa timbul akibat kemunculan materi tak sadar materi itu akan ditekan kembali ke ketidaksadaran. seperti mimpi, lamunan, salah ucap, dan mekanisme pertahanan diri.
c)  Tak Sadar (Unconscious)
Tak sadar adalah bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut Freud merupakan bagian terpenting dari jiwa manusia. Secara khusus Freud membuktikan bahwa ketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotetik tetapi itu adalah kenyataan empirik

STRUKTUR KEPRIBADIAN
Sigmund Freud mengemukakan tiga struktur spesifik kepribadian yaitu Id, Ego dan Superego. Ketiga struktur tersebut diyakininya terbentuk secara mendasar pada usia tujuh tahun.
1.      Id.
Id ini adalah merupakan bagian dari komponen kepribadian yang asli/ natural yang dibawa sejak lahirnya seorang individu. Id juga merupakan komponen dari psikologi yang mempunyai sifat primitif dan naluriah. Menurut Freud, id adalah sumber segala energi psikis, sehingga komponen utama kepribadian. Id akan didorong oleh prinsip kesenangan, yang berusaha untuk mendapatkan kepuasan segera dari semua
2.      Ego .
Prinsip kepribadian jenis ego ini adalah seputar mengenai hal yang berhubungan dengan realitas serta kenyataan yang ada. Ego ini juga dimulai serta dibawa sejak lahir, tetapi berkembang bersamaan dengan hubungan individu dengan lingkungan sekitarnya. Untuk bisa bertahan dalam suatu kehidupan, maka individu tersebut tidak bisa hanya semata-mata bertindak sekedar mengikuti impuls-impuls atau dorongan-dorongan, individu harus belajar menghadapi realitas yang ada. Dan ini lebih kompleks dari sekedar Id saja.
Tujuan ego adalah menemukan cara yang realistis dalam rangka memuaskan Id. Fungsi ego ini juga berguna untuk menyaring dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan oleh Id berdasarkan kenyataan yang ada.
3.      Super Ego
Super Ego atau pun aspek sosiologis adalah merupakan sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut hal yang berhubungan dengan baik- buruk). Super ego lebih merupakan kesempurnaan daripada kesenangan, karena itu super ego dapat dianggap sebagai aspek moral daripada kepribadian itu sendiri.

Perkembangan Psikoseksual
Tahap Perkembangan Psikoseksual Sigmund Freud  adalah salah satu teori yang paling terkenal, akan tetapi juga salah satu teori yang paling kontroversial. Freud percaya kepribadian yang berkembang melalui serangkaian tahapan masa kanak-kanak di mana mencari kesenangan-energi dari id menjadi fokus pada area sensitif seksual tertentu. Energi psikoseksual, atau libido , digambarkan sebagai kekuatan pendorong di belakang perilaku.
Menurut Sigmund Freud, kepribadian sebagian besar dibentuk oleh usia lima tahun. Awal perkembangan berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian dan terus mempengaruhi perilaku di kemudian hari.
1.      Fase Oral
2.      Fase Anal
3.      Fase Phalic
4.      Fase Latent
5.      Fase Genital
 Mekanisme Pertahanan Ego
1.            Represi (Repression)
Bentuk pertahanan ego dengan menyingkirkan pikiran-pikiran atau ingatan-ingatan yang tidak diinginkan. Ia akan sengaja melupakan kenanganatau pikiran yang tidak menyenangkan atau tidak sesuai dengan keinginannya.
2.            Kompensasi
Yaitu dengancara menutupi kelemahan dalam dirinya dengan menonjol-nonjolkan sifat lain, lalu dicari kepuasans ecara berlebihan dalam bidang lain tersebut.
3.            Konversi (Convertion),
mekanisme konflik emosional yang diekspresikan keluar.
4.            Penyangkalanatau Denial
Mekanisme dimana seseorang menghindari kenyataan dan secara sadar menyangkal adanya kenyataan tersebut. Ia menyangkal realita yang dapat menimbulkan rasa sakit, malu, ataucemas.
5.            Pemindahan (Displacement)
Dimana emosi-emosi yang terjadi pada dirinya DILAMPIASKAN ke objek-objek atau orang lain.
6.            Disosiasi
Dengan cara memutuskan atau mengubah beban emosi dalam dirinya 
7.            Identifikasi
dimana seseorang mempertinggi harga dirinya dengan mempolakan dirinya serupa dengan orang lain (biasanya seorang idola atau figur). Kemudian berusaha menyamakan penampilan/dandandan, cara bicara, maupun logatnya
8.            Proyeksi
yaitu seseorang yang melindungi dirinya dari tabiat-tabiat, sikap, dan karakternya sendiri, atau pun perasaannya dengan melemparkan atau menyalahkannya ke orang lain.
9.            Rasionalisasi
seseorang yang mencarialasan-alasan yang dibenarkan atau dapat diterima oleh norma maupun orang lain terhadap tindakannya atau pikirannya. 
10.        Pembentukan Reaksi
proses dimana mengambil objek kedalam struktur egonya sendiri agar tidak menuruti keinginannya yang jelek dan diambil sikap yang sebaliknya.
11.        Regresi, 
keadaan seseorang yang kembali ketingkat awal menjadi kurang matang dan kurang adaptif.
12.        Sublimasi
kehendak-kehendak atau pikiran-pikiran atau tindakan-tindakan asadar yang tidak dapat diterima oleh lingkungan atau masyarakat disalurkan menjadia ktifitas yang memiliki nilai sosial yang tinggi. 

         2.      Unsur-unsur terapi psikoanalisis
>> Ada beberapa unsur-unsur dalam terapi psikoanalisa, yaitu :
a. Tujuan terapi psikoanalisa
·         Membentuk kembali struktur karakter individu dengan jalan membuat kesadaran yg tak disadari didalam diri klien
·         Fokus pada upaya mengalami kembali pengalaman masa anak-anak pada diri klien
b. Peran terapis kepada klien
·         Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis
·         Membangun hubungan kerja dengan klien, dengan banyak mendengar dan menafsirkan
·         Terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien
·         Mendengarkan kesenjangan-kesenjangan dan pertentangan-pertentangan pada cerita klien

         3.      Teknik-teknik terapi psikoanalisis
1)      Asosiasi Bebas
     Asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik di masa lampau yang dikenal dengan sebutan katarsis. Selama proses asosiasi bebas berlangsung, tugas analis adalah mengenali bahan yang direpres dan dikurung di dalam ketaksadaran. Penghalangan-penghalangan atau pengacauan-pengacauan oleh klien terhadap asosiasi-asosiasi merupakan isyarat bagi adanya bahan yang membangkitkan kecemasan. Analis menafsirkan bahan itu dan menyampaikannya kepada klien, membimbing klien ke arah peningkatan pemahaman atas dinamika-dinamika yang mendasarinya, yang tidak disadari oleh klien. 
2)      Penafsiran
   Penafsiran adalah suatu prosedur dasar dalam menganalisis asosiasi-asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resistensi-resistensi dan transferensi-transferensi. Prosedurnya terdiri atas tindakan-tindakan analis yang menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien makna-makna tingkah laku yang dimanifestasikan oleh mimpi-mimpi, asosiasi bebas, resistensi-resistensi, dan oleh hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi penafsiran-penafsiran adalah mendorong ego untuk mengasimilasi bahan-bahan baru dan mempercepat proses penyingkapan bahan tak sadar lebih lanjut. Dengan perkataan lain, analis harus bisa menafsirkan bahan yang belum terlihat oleh klien, tetapi yang oleh klien bisa diterima dan diwujudkan sebagai miliknya.
3)      Analisis Mimpi
Analisis mimpi adalah sebuah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan yang tak disadari dan memberikan kepada klien pemahaman atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan. Freud memandang mimpi-mimpi sebagai “jalan istimewa menuju ketaksadaran”, sebab melalui mimpi-mimpi itu hasrat-hasrat, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan yang tak disadari diungkap.
Mimpi-mimpi memiliki dua taraf isi, yaitu laten dan isi manifes. Isi laten terdiri atas motif-motif yang disamarkan, tersembunyi, simbolik dan tak disadari. Karena begitu mengancam dan menyakitkan, dorongan-dorongan seksual dan agresif tak sadar yang merupakan isi laten ditransformasikan ke dalam isi manifes yang lebih dapat diterima, yakni impian sebagaimana yang tampil pada si pemimpi. Proses transformasi is laten mimpi ke dalam isi manifes yang kurang mengancam itu disebut kerja mimpi. Tugas analis adalah menyingkap makna-makna yang disamarkan dengan mempelajari simbol-simbol yang terdapat pada isi manifes mimpi, selama jam analitik, analis bisa meminta klien untuk mengasosiasikan secara bebas sejumlah aspek isi manifes impian guna menyingkap makna-makna yang terselubung.
4)      Analisis dan Penafsiran Resistensi
Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tak disadari. Freud memandang resistensi sebagai dinamika tak sadar yang digunakan oleh klien sebagai pertahanan terhadap kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang akan meningkat jika klien sadar atas dorongan-dorongan dan perasaan-perasaan depresi itu. Resistensi ditunjukkan untuk mencegah bahan yang mengancam memasuki ke kesadaran, analis harus menunjukannya, dan klien harus menghadapinya jika dia mengharapkan bisa menangani konflik-konflik secara realistis.
5)      Analisis dan Penafsiran Transferensi
Transferensi mengejawantahkan dirinya dalam proses terapeutik ketika “urusan yang tak selesai di masa lampau klien dengan orang-orang yang berpengaruh menyebabkan dia mendistorsi masa sekarang dan bereaksi terhadap analis sebagaimana dia bereaksi terhadap ibu atau ayahnya. Analisis transferensi adalah teknik yang utama dalam psikoanalisis, sebab mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi. Penafsiran hubungan transferensi juga memungkinkan klien mampu menembus: konflik-konflik masa lampau yang tetap dipertahankannya hingga sekarang dan yang menghambat pertumbungan emosionalnya. Singkatnya efek-efek psikopatologis dari hubungan masadini yang tidak diinginkan, dihambat oleh penggarapan atas konflik emosional yang sama yang terdapat dalam hubungan terapeutik dengan analis.

Sumber :
Yustina, S. (2006). Kesehatan mental 3. Yogyakarta : Penerbit kanisius.
Gunarsa, S, D. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia.