Pengantar
1.
Pengertian
psikoterapi ?
>> Secara etimologis
mempunyai arti sederhana, yakni “psyche” yang
artinya jelas, yaitu “mind” atau sederhananya : jiwa dan “therapy” daru Bahasa Yunani yang berarti “merawat” atau
“mengasuh”, sehingga psikoterapi arti sempitnya adalah “perawatan terhadap
aspek kejiawaan”.
>> Suatu interaksi
sistematis antara pasien dan terapis yang menggunakan prinsip-prinsip
psikologis untuk membantu menghasilkan perubahan dalam tingkah laku, pikiran
dan perasaan pasien.
2.
Tujuan
psikoterapi ?
>> Terlebih dahulu
menangani penyimpangan yang merusak dan baru kemudian menangani usaha
pencegahannya.
3.
Unsur-unsur
psikoterapi ?
>> Masserman (Karasu 1984)
telah melaporkan tujuh “parameter pengaruh” dasar yang mencakup unsur-unsur
lazim pada semua jenis psikoterapi. Dalam hal ini termasuk :
1.
Peran
sosial (martabat) psikoterapis,
2.
Hubungan
(persekutuan terapeutik),
3.
Hak,
4.
Retrospeksi,
5.
Re-edukasi,
6.
Rehabilitasi,
7.
Resosialisasi
dan rekapitulasi
4.
Perbedaan
antara psikoterapi dan konseling ?
>> Psikoterapi untuk : pasien, gangguan yang serius, masalah
kepribadian dan pengambilan keputusan, berhubungan dengan penyembuhna,
lingkungan medis, berhubungan dengan ketidaksadaran, dan metode penyembuhan.
Konseling
untuk : klien,
gangguan yang kurang serius, masalah jabatan pendidikan, berhubungan dengan
pencegahan, lingkungan pendidikan dan nonmedis, berhubungan dengan kesadaran,
dan metode pendidikan.
5.
Pendekatan
terhadap mental illness?
>> Pendekatan
psikoterapi terhadap mental illness menurut J.P. Chaplin, yaitu:
1.
Biological
Meliputi keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan
zat. Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih
manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan
karena kurangnya insulin.
2.
Psychological
Meliputi suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk,
sekuel pasca-traumatic, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis
perkembangan, gangguan pikiran dan respon emosional penuh stres yang
ditimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial,
ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan
sepanjang hidup individu.
3.
Sosiological
Meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari
gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan
pengaruh proses-proses sosialisasi yang berlatarbelakangkan kondisi sosio-budaya
tertentu.
4.
Philosophic
Kepercayaan terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri
seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar
falsafahnya tetap ada, yakni menghagai sistem nilai yang dimiliki oleh klien,
sehingga tidak ada istilah keharusan atau
Terapi
Psikoanalisis
1.
Konsep
dasar teori psikoanalisis tentang kepribadian
>> KESADARAN
Sigmund Freud mengemukakan bahwa
kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (conscious),
prasadar (preconscious), dan tak-sadar (unconscious). Topografi atau peta
kesadaran ini dipakai untuk mendiskripsi unsur cermati (awareness) dalan setiap
event mental seperti berfikir dan berfantasi. Sampai dengan tahun 1920an, teori
tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur kesadaran itu.
a) Sadar
(Conscious)
Tingkat
kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada saat tertentu. Menurut
Freud, hanya sebagian kecil saja Bari kehidupan mental (fikiran, persepsi,
perasaan dan ingatan) yang masuk kekesadaran (consciousness). Isi daerah sadar
itu merupakan basil proses penyaringan yang diatur oleh stimulus atau
cue-eksternal.
b) Prasadar
(Preconscious)
Disebut
juga ingatan siap (available memory), yakni tingkat kesadaran yang menjadi
jembatan antara sadar dan taksadar. Isi preconscious berasal dari conscious dan
clan unconscious. Pengalaman yang ditinggal oleh perhatian, semula disadari
tetapi kemudian tidak lagi dicermati, akan ditekan pindah ke daerah prasadar.
Di sisi lain, isi-materi daerah tak sadar dapat muncul ke daerah prasadar.
Kalau sensor sadar menangkap bahaya yang bisa timbul akibat kemunculan materi
tak sadar materi itu akan ditekan kembali ke ketidaksadaran. seperti mimpi,
lamunan, salah ucap, dan mekanisme pertahanan diri.
c) Tak Sadar (Unconscious)
Tak sadar
adalah bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut Freud
merupakan bagian terpenting dari jiwa manusia. Secara khusus Freud membuktikan
bahwa ketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotetik tetapi itu adalah kenyataan
empirik
STRUKTUR KEPRIBADIAN
Sigmund Freud mengemukakan tiga
struktur spesifik kepribadian yaitu Id, Ego dan Superego. Ketiga struktur
tersebut diyakininya terbentuk secara mendasar pada usia tujuh tahun.
1.
Id.
Id
ini adalah merupakan bagian dari komponen kepribadian yang asli/ natural yang
dibawa sejak lahirnya seorang individu. Id juga merupakan komponen dari
psikologi yang mempunyai sifat primitif dan naluriah. Menurut Freud, id adalah
sumber segala energi psikis, sehingga komponen utama kepribadian. Id akan
didorong oleh prinsip kesenangan, yang berusaha untuk mendapatkan kepuasan
segera dari semua
2.
Ego .
Prinsip kepribadian jenis ego ini
adalah seputar mengenai hal yang berhubungan dengan realitas serta kenyataan
yang ada. Ego ini juga dimulai serta dibawa sejak lahir, tetapi berkembang
bersamaan dengan hubungan individu dengan lingkungan sekitarnya. Untuk bisa
bertahan dalam suatu kehidupan, maka individu tersebut tidak bisa hanya
semata-mata bertindak sekedar mengikuti impuls-impuls atau dorongan-dorongan,
individu harus belajar menghadapi realitas yang ada. Dan ini lebih kompleks
dari sekedar Id saja.
Tujuan ego adalah menemukan cara
yang realistis dalam rangka memuaskan Id. Fungsi ego ini juga berguna untuk
menyaring dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan oleh Id berdasarkan kenyataan
yang ada.
3.
Super Ego
Super Ego atau pun aspek sosiologis
adalah merupakan sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan
aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut hal yang berhubungan dengan
baik- buruk). Super ego lebih merupakan kesempurnaan daripada kesenangan,
karena itu super ego dapat dianggap sebagai aspek moral daripada kepribadian
itu sendiri.
Perkembangan Psikoseksual
Tahap
Perkembangan Psikoseksual Sigmund Freud adalah salah satu teori yang
paling terkenal, akan tetapi juga salah satu teori yang paling kontroversial.
Freud percaya kepribadian yang berkembang melalui serangkaian tahapan masa
kanak-kanak di mana mencari kesenangan-energi dari id menjadi fokus pada area
sensitif seksual tertentu. Energi psikoseksual, atau libido , digambarkan
sebagai kekuatan pendorong di belakang perilaku.
Menurut
Sigmund Freud, kepribadian sebagian besar dibentuk oleh usia lima tahun. Awal
perkembangan berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian dan terus mempengaruhi
perilaku di kemudian hari.
1.
Fase Oral
2.
Fase Anal
3.
Fase
Phalic
4.
Fase
Latent
5.
Fase
Genital
Mekanisme Pertahanan Ego
1.
Represi (Repression)
Bentuk
pertahanan ego dengan menyingkirkan pikiran-pikiran atau ingatan-ingatan yang
tidak diinginkan. Ia akan sengaja melupakan kenanganatau pikiran yang tidak
menyenangkan atau tidak sesuai dengan keinginannya.
2.
Kompensasi
Yaitu
dengancara menutupi kelemahan dalam dirinya dengan menonjol-nonjolkan sifat
lain, lalu dicari kepuasans ecara berlebihan dalam bidang lain tersebut.
3.
Konversi (Convertion),
mekanisme
konflik emosional yang diekspresikan keluar.
4.
Penyangkalanatau Denial
Mekanisme
dimana seseorang menghindari kenyataan dan secara sadar menyangkal adanya kenyataan tersebut. Ia menyangkal realita yang
dapat menimbulkan rasa sakit, malu, ataucemas.
5.
Pemindahan (Displacement)
Dimana
emosi-emosi yang terjadi pada dirinya DILAMPIASKAN ke objek-objek atau orang
lain.
6.
Disosiasi
Dengan
cara memutuskan atau mengubah beban emosi dalam dirinya
7.
Identifikasi
dimana
seseorang mempertinggi harga dirinya dengan mempolakan dirinya serupa dengan
orang lain (biasanya seorang idola atau figur). Kemudian berusaha menyamakan
penampilan/dandandan, cara bicara, maupun logatnya
8.
Proyeksi
yaitu
seseorang yang melindungi dirinya dari tabiat-tabiat, sikap, dan karakternya
sendiri, atau pun perasaannya dengan melemparkan atau menyalahkannya ke orang
lain.
9.
Rasionalisasi
seseorang
yang mencarialasan-alasan yang dibenarkan atau dapat diterima oleh norma maupun
orang lain terhadap tindakannya atau pikirannya.
10.
Pembentukan Reaksi
proses
dimana mengambil objek kedalam struktur egonya sendiri agar tidak menuruti
keinginannya yang jelek dan diambil sikap yang sebaliknya.
11.
Regresi,
keadaan
seseorang yang kembali ketingkat awal menjadi kurang matang dan kurang adaptif.
12.
Sublimasi
kehendak-kehendak
atau pikiran-pikiran atau tindakan-tindakan asadar yang tidak dapat diterima
oleh lingkungan atau masyarakat disalurkan menjadia ktifitas yang memiliki
nilai sosial yang tinggi.
2.
Unsur-unsur
terapi psikoanalisis
>> Ada beberapa unsur-unsur dalam terapi
psikoanalisa, yaitu :
a. Tujuan terapi psikoanalisa
·
Membentuk kembali struktur karakter
individu dengan jalan membuat kesadaran yg tak disadari didalam diri klien
·
Fokus pada upaya mengalami kembali pengalaman
masa anak-anak pada diri klien
b. Peran terapis kepada klien
·
Membantu klien dalam mencapai
kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal dalam
menangani kecemasan secara realistis
·
Membangun hubungan kerja dengan
klien, dengan banyak mendengar dan menafsirkan
·
Terapis memberikan perhatian khusus
pada penolakan-penolakan klien
·
Mendengarkan kesenjangan-kesenjangan
dan pertentangan-pertentangan pada cerita klien
3.
Teknik-teknik
terapi psikoanalisis
1) Asosiasi Bebas
Asosiasi
bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau
dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik di masa lampau
yang dikenal dengan sebutan katarsis. Selama proses asosiasi bebas berlangsung,
tugas analis adalah mengenali bahan yang direpres dan dikurung di dalam
ketaksadaran. Penghalangan-penghalangan atau pengacauan-pengacauan oleh klien
terhadap asosiasi-asosiasi merupakan isyarat bagi adanya bahan yang
membangkitkan kecemasan. Analis menafsirkan bahan itu dan menyampaikannya
kepada klien, membimbing klien ke arah peningkatan pemahaman atas
dinamika-dinamika yang mendasarinya, yang tidak disadari oleh klien.
2) Penafsiran
Penafsiran
adalah suatu prosedur dasar dalam menganalisis asosiasi-asosiasi bebas,
mimpi-mimpi, resistensi-resistensi dan transferensi-transferensi. Prosedurnya
terdiri atas tindakan-tindakan analis yang menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari
klien makna-makna tingkah laku yang dimanifestasikan oleh mimpi-mimpi, asosiasi
bebas, resistensi-resistensi, dan oleh hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi
penafsiran-penafsiran adalah mendorong ego untuk mengasimilasi bahan-bahan baru
dan mempercepat proses penyingkapan bahan tak sadar lebih lanjut. Dengan
perkataan lain, analis harus bisa menafsirkan bahan yang belum terlihat oleh
klien, tetapi yang oleh klien bisa diterima dan diwujudkan sebagai miliknya.
3) Analisis Mimpi
Analisis mimpi adalah sebuah
prosedur yang penting untuk menyingkap bahan yang tak disadari dan memberikan
kepada klien pemahaman atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan.
Freud memandang mimpi-mimpi sebagai “jalan istimewa menuju ketaksadaranâ€, sebab
melalui mimpi-mimpi itu hasrat-hasrat, kebutuhan-kebutuhan, dan
ketakutan-ketakutan yang tak disadari diungkap.
Mimpi-mimpi memiliki dua taraf
isi, yaitu laten dan isi manifes. Isi laten terdiri atas motif-motif yang
disamarkan, tersembunyi, simbolik dan tak disadari. Karena begitu mengancam dan
menyakitkan, dorongan-dorongan seksual dan agresif tak sadar yang merupakan isi
laten ditransformasikan ke dalam isi manifes yang lebih dapat diterima, yakni
impian sebagaimana yang tampil pada si pemimpi. Proses transformasi is laten
mimpi ke dalam isi manifes yang kurang mengancam itu disebut kerja mimpi. Tugas
analis adalah menyingkap makna-makna yang disamarkan dengan mempelajari
simbol-simbol yang terdapat pada isi manifes mimpi, selama jam analitik, analis
bisa meminta klien untuk mengasosiasikan secara bebas sejumlah aspek isi
manifes impian guna menyingkap makna-makna yang terselubung.
4) Analisis dan Penafsiran
Resistensi
Resistensi adalah sesuatu yang
melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tak
disadari. Freud memandang resistensi sebagai dinamika tak sadar yang digunakan
oleh klien sebagai pertahanan terhadap kecemasan yang tidak bisa dibiarkan,
yang akan meningkat jika klien sadar atas dorongan-dorongan dan
perasaan-perasaan depresi itu. Resistensi ditunjukkan untuk mencegah bahan yang
mengancam memasuki ke kesadaran, analis harus menunjukannya, dan klien harus
menghadapinya jika dia mengharapkan bisa menangani konflik-konflik secara
realistis.
5) Analisis dan Penafsiran
Transferensi
Transferensi mengejawantahkan
dirinya dalam proses terapeutik ketika “urusan yang tak selesai di masa
lampau klien dengan orang-orang yang berpengaruh menyebabkan dia mendistorsi
masa sekarang dan bereaksi terhadap analis sebagaimana dia bereaksi terhadap
ibu atau ayahnya. Analisis transferensi adalah teknik yang utama dalam
psikoanalisis, sebab mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lampaunya
dalam terapi. Penafsiran hubungan transferensi juga memungkinkan klien mampu
menembus: konflik-konflik masa lampau yang tetap dipertahankannya hingga
sekarang dan yang menghambat pertumbungan emosionalnya. Singkatnya efek-efek
psikopatologis dari hubungan masadini yang tidak diinginkan, dihambat oleh
penggarapan atas konflik emosional yang sama yang terdapat dalam hubungan
terapeutik dengan analis.
Sumber
:
Yustina,
S. (2006). Kesehatan mental 3. Yogyakarta : Penerbit kanisius.
Gunarsa,
S, D. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia.